Teman Rantau. (Part 2)
Tibalah aku dimasa
tersuram di dalam dunia perkuliahan ku....................
Setelah pulang berlibur
dari medan dan kembali lagi kecikarang aku berencana untuk membeli hp baru
tanpa sepengetahuan orangtua ku. Karna tidak memiliki waktu yang banyak untuk
berpergian mencari hp tersebut maka aku berinisiatif untuk membeli secara
online. Aku mulai mengorder Hp ku kesalahsatu distributor yang aku temukan
kontaknya di Instagram dan malam itu aku memantapkan hati dan memesan hp
tersebut. Keesokan harinya aku dengan semangat bergegas pergi ke ATM, aku pun mentransfer
sejumlah yang distributor itu sebutkan.
Distributor tersebut
berjanji setelah 2 jam aku transfer uangnya maka hp yang ku order akan langsung
dikirim dan aku akan langsung mendapat resi, namun aku sudah menunggu dari pagi
sampe sore dan ternyata tidak ada respon dari sipenjual. Tiba-tiba sekitar jam
tujuh malam ada nomer yang tidak dikenal menelfon saya, ketika saya angkat
ternyata dia mengaku adalah bos dari tempat aku memesan hp dan dia bilang jika
hp yang aku sudah pesan ingin di proses maka aku harus memberi uang tambahan
lagi. Dengan polosnya aku pergi ke ATM dan mengajak tasya juga. Setelah
perjalanan yang panjang akhirnya aku sadar bahwa aku ditipu oleh orang yang
mengaku distributor hp tersebut.
Seketika aku langsung
lemas dan gak tau mau berbuat apa-apa, sampai aku memiliki pikiran yang buruk
untuk melakukan hal-hal yang diluar nalar. Uang tabungan dan uang bulananku
habis lenyap tanpa bersisa. Benar-benar merasa putus asa dan gak ngerti lagi
mau ngapai dan hanya bisa menagis. Pada saat itu yang peduli dan tetap ada
menemaniku hanya siTasya, manusia yang taksengaja ku jumpai pada saat itu. Dia rela
menginap dan menemaniku di asrama dan memastikan bahwa aku tetap baik-baik saja.
Akhrinya di hari
berikutnya aku memberanikan diri menelepon orangtua ku dan menceritakan
kronologi yang ku alami beberapa hari yang lalu, orangtuaku sangat marah dan
mematikan telfonku begitu saja. Aku menangis sejadi-jadinya dan tiba-tiba aca
(nama panggilannya) memelukku dan berkat “tenang, semua bakal baik-baik aja dan
mungkin orangtua lu lagi emosi sama terkejut”, akhirnya tangisanku pun mereda.
Tak beberapa saat kemudian orangtua ku menelfon ku kembali dan meminta maaf
karna sempat menjadi emosi. Orangtuaku mulai menyemangati aku dan semua akan
tetap baik-baik saja, beberapa hari kemudia hidup ku berjalan normal kembali
meski tetap terbebani dengan rasa bersalah kepada orangtuaku.
Setelah kejadian ini
aku dan aca menjadi lebih dekat lagi. Suatu hari kita memutuskan untuk ngekos
bareng. Selama tinggal sama-sama sangat banyak kenangan dan konflik yang kita
alami bersama. Kadang kita suka ketawa sampai lupa waktu dan kadang kita suka
saling diam-diaman tanpa ada sebabnya. Setelah kita ngekos bareng-bareng selama
satu tahun dan akhirnya kami pun memutuskan untuk tidak satu kos lagi namun
kita memutuskan untuk bertetangga dan sekarang aku dan aca tinggal di kos yang
sama dengan kamar yang bersebelahan, masi banyak cerita yang kita alami dan
biarkan itu manjadi memori pribadiku.
Komentar
Posting Komentar